Kuliah Subuh: Hakikat Manusia dalam Perspektif Islam
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله الذي خلق الإنسان من طين، ثم نفخ فيه من روحه، فجعل له سمعًا وأبصارًا وأفئدةً، لعلّه يشكر. أشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، أما بعد
Jamaah yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan subuh yang penuh keberkahan ini, marilah kita bersama-sama merenungkan hakikat manusia menurut pandangan Islam, sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama besar, di antaranya Imam al-Ghazali.
Hakikat Manusia dalam Islam
Islam memiliki konsep yang paripurna tentang manusia. Dalam satu kalimat, perjalanan hidup manusia dirangkum dalam إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ “Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali” (QS. Al-Baqarah: 156). Ayat ini menegaskan bahwa manusia bukanlah makhluk yang hadir tanpa tujuan, melainkan ciptaan Allah yang akan kembali kepada-Nya dengan membawa amal perbuatannya.
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa manusia terdiri dari dua unsur utama: jasmani dan ruhani. Tubuh berasal dari tanah, sedangkan ruh ditiupkan oleh Allah setelah proses penciptaan manusia mencapai kesempurnaan. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya.” (QS. As-Sajdah: 9).
Maksud dari kata “sempurna” menurut al-Ghazali adalah ketika jasad telah siap untuk menerima ruh atau nafs. Ruh ini bersifat nonmateri, berasal dari alam ghaib, dan akan kembali kepada Allah setelah tubuh manusia kembali menjadi tanah. Oleh karena itu, manusia harus menjaga keseimbangan antara jasmani dan ruhani. Yusuf al-Qardhawi menekankan pentingnya keseimbangan ini agar manusia tidak hanya memperhatikan fisiknya tetapi juga menjaga kesucian jiwanya.
Tiga Konsep Manusia dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an menyebut manusia dengan tiga istilah yang memiliki makna mendalam:
- Insan (إِنْسَانٌ) – Berasal dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan akrab. Namun, juga dikaitkan dengan nasiya yang berarti lupa. Ini menunjukkan bahwa manusia cenderung mudah melupakan hakikat penciptaannya.
- Basyar (بَشَرٌ) – Secara harfiah berarti kulit atau bentuk luar manusia. Ini menekankan bahwa manusia secara fisik memiliki kesamaan satu sama lain.
- Bani Adam (بَنُو آدَمَ) – Menunjukkan aspek keturunan dari Nabi Adam dan menegaskan tanggung jawab moral serta spiritual manusia sebagai khalifah di bumi.
Tujuan Penciptaan Manusia
Allah menciptakan manusia dengan tujuan yang jelas, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Selain beribadah, manusia juga ditugaskan sebagai khalifah fil ardhi (pemimpin di bumi). Tugas ini mengharuskan manusia untuk menjaga keseimbangan alam, menegakkan keadilan, dan menjalankan amanah dengan baik. Allah tidak menciptakan manusia untuk bermain-main, sebagaimana firman-Nya:
“Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main (tanpa tujuan), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115).
Potensi Kebaikan dan Keburukan dalam Diri Manusia
Dalam diri manusia terdapat dua potensi besar:
- Jiwa yang tenang (Nafs al-Mutmainnah) – Jiwa yang dipengaruhi oleh sifat malaikat, membawa kedamaian dan kasih sayang.
- Jiwa yang penuh konflik (Nafs al-Lawwamah) – Jiwa yang berbolak-balik antara kebaikan dan keburukan, sering menyesali perbuatannya.
- Jiwa yang dikuasai hawa nafsu (Nafs al-Ammarah bi as-Suu’) – Jiwa yang cenderung mengikuti godaan syahwat dan bisikan setan.
Agar manusia mencapai kesempurnaan, ia harus berjuang untuk menjadikan dirinya Insan Kamil.
Konsep Insan Kamil menurut Imam al-Ghazali
Insan Kamil atau manusia sempurna dalam pandangan Imam al-Ghazali adalah manusia yang memiliki keseimbangan antara akal, ruh, dan jasadnya. Kesempurnaan manusia bukan hanya terletak pada fisiknya, tetapi lebih kepada kesempurnaan rohani. Al-Ghazali menyebutkan bahwa tujuan akhir kehidupan manusia adalah mencapai hikmah, yang terbagi menjadi dua:
- Hikmah Ilmiah Nazhariyyah – Kemampuan memahami kebenaran dan ilmu pengetahuan secara mendalam.
- Hikmah Khuluqiyyah – Kesempurnaan akhlak yang mencerminkan nilai-nilai Islam.
Dengan kata lain, manusia sempurna adalah mereka yang dengan akalnya mampu mengenali dan mendekat kepada Allah, serta dengan tubuhnya menunjukkan akhlak yang terpuji. Hanya dengan iman dan amal saleh manusia dapat mencapai kebahagiaan hakiki di akhirat.
Penutup
Jamaah yang dirahmati Allah,
Kesempurnaan manusia bukan terletak pada harta, keturunan, atau jabatan, melainkan pada kedekatannya dengan Allah. Oleh karena itu, marilah kita berusaha menjadi manusia yang ahsan al-taqwim (sebaik-baik ciptaan), dengan memperkuat ibadah, memperbaiki akhlak, dan menjaga keseimbangan antara jasmani serta ruhani.
Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk terus memperbaiki diri, mendekat kepada-Nya, dan menjadi insan yang bertakwa.
اللهم اجعلنا من عبادك الصالحين
(Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang saleh)
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ