Berpikir dengan Framework Wahyu (Al-Qur’an)
Oleh: Alvin Qodri Lazuardy/ Kader Muhammadiyah
Pendahuluan
Islam bukan sekadar agama yang mengatur ibadah dan aspek spiritual manusia, tetapi juga memberikan landasan berpikir yang komprehensif. Dalam Islam, cara berpikir seorang Muslim tidak boleh hanya bergantung pada akal dan pengalaman empiris, tetapi harus berpijak pada wahyu sebagai pedoman utama. Al-Qur’an, sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tidak hanya berisi hukum dan ajaran moral, tetapi juga membentuk pola pikir yang sistematis dan menyeluruh.
Pemahaman tentang wahyu dan proses turunnya (Nuzulul Qur’an) menjadi kunci dalam membangun cara berpikir yang sesuai dengan worldview Islam. Wahyu bukan hanya petunjuk bagi kehidupan individu, tetapi juga membentuk paradigma berpikir yang mencerminkan keseimbangan antara aspek rasional, spiritual, dan sosial. Dengan demikian, memahami wahyu tidak hanya sekadar mengenali ajaran Islam, tetapi juga menginternalisasi cara berpikir yang sejalan dengan prinsip-prinsip ketuhanan.
Wahyu sebagai Dasar Pola Pikir Islam
Dalam Islam, berpikir bukan hanya proses intelektual, tetapi juga bentuk ibadah yang harus selalu terhubung dengan keimanan kepada Allah. Muhammad Abduh menjelaskan bahwa wahyu merupakan bentuk pengetahuan yang diterima seseorang dengan keyakinan penuh bahwa sumbernya adalah Allah. Berbeda dengan kasyf—yang merupakan pengalaman spiritual individu dengan tingkat kepastian yang relatif—wahyu memiliki kepastian mutlak dan diberikan khusus kepada para nabi.
selengkapnya download di sini!
Sumber Bacaan:
- Hamid Fahmy Zarkasyi, Minhaj: Berislam dari Ritual hingga Intelektual, INSISTS-UNIDA
- Kholid Muslih, dkk, Worldview Islam, Direktorat Islamisasi UNIDA