Membangun Disiplin dalam Penggunaan Teknologi di Masyarakat Muslim
Oleh: Oleh: M Faizal Faiz/Mahasiswa T.I Politeknik Harapan Bersama Tegal
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, termasuk di kalangan umat Muslim. Dengan hadirnya internet, media sosial, dan berbagai aplikasi digital lainnya, hampir semua aspek kehidupan, seperti cara berinteraksi, belajar, bekerja, hingga beribadah, telah mengalami transformasi yang sangat pesat. Teknologi telah membuka peluang besar bagi umat Islam untuk memperluas dakwah, mempercepat akses ilmu pengetahuan agama, serta mempererat hubungan antar sesama Muslim di seluruh dunia. Namun, di sisi lain, penggunaan teknologi yang tidak bijak dapat menimbulkan dampak negatif seperti kecanduan gadget, penyebaran informasi hoaks, pornografi, hingga kejahatan siber yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, membangun budaya disiplin dalam penggunaan teknologi di kalangan masyarakat Muslim menjadi sangat penting.
Budaya disiplin dalam konteks ini bukan hanya tentang membatasi penggunaan teknologi, melainkan bagaimana cara menggunakan teknologi secara bijak dan bermanfaat. Teknologi informatika, meskipun membawa dampak positif, juga menghadirkan tantangan besar dalam mempertahankan nilai-nilai Islam. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun banyak masyarakat Muslim yang melihat teknologi sebagai alat yang mendukung aktivitas keagamaan, ada kekhawatiran akan dampak negatifnya. Beberapa tantangan utama yang dihadapi adalah kesenjangan literasi digital, konflik antara nilai-nilai agama dan gaya hidup digital modern, serta potensi kecanduan teknologi.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat Muslim dalam menggunakan teknologi adalah rendahnya literasi digital, terutama di kalangan orang tua dan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Banyak pengguna yang belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai aspek-aspek penting seperti keamanan, privasi, serta etika dalam dunia digital. Hal ini seringkali menyebabkan penggunaan teknologi yang kurang bijak dan bahkan berbahaya. Oleh karena itu, pendidikan literasi digital berbasis nilai-nilai Islam menjadi penting untuk diperkenalkan sejak dini, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan teknologi secara optimal tanpa melupakan prinsip-prinsip agama.
Konflik nilai antara ajaran Islam dan gaya hidup digital juga menjadi masalah yang harus dihadapi. Salah satunya adalah masalah aurat yang sering kali berbenturan dengan budaya selfie dan berbagi foto di media sosial. Dalam Islam, menjaga aurat merupakan hal yang sangat penting, namun dalam budaya digital modern, berbagi gambar diri sendiri di media sosial sering dianggap hal yang biasa. Tentu saja, hal ini memerlukan pendekatan bijak dalam menafsirkan ajaran Islam dan menyesuaikannya dengan perkembangan zaman. Perlu ada pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana nilai-nilai Islam dapat diintegrasikan dengan kehidupan digital yang semakin berkembang.
Namun, di balik tantangan-tantangan tersebut, era digital juga membuka peluang besar untuk dakwah dan pendidikan Islam. Teknologi informasi memberikan sarana yang lebih efektif untuk menyebarkan ajaran Islam, baik melalui platform pendidikan online, aplikasi Islami, maupun media sosial yang semakin mudah diakses. Melalui teknologi, dakwah Islam dapat tersebar lebih luas dan lebih cepat, menjangkau umat di berbagai belahan dunia. Selain itu, platform digital juga mempermudah umat Islam untuk mengakses berbagai sumber pengetahuan agama yang dapat memperdalam pemahaman mereka terhadap ajaran Islam.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, dibutuhkan kolaborasi antara berbagai pihak, mulai dari lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, hingga keluarga. Pendidikan literasi digital berbasis Islam harus diperkuat di semua kalangan agar masyarakat Muslim dapat menggunakan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab. Selain itu, peran orang tua sangat penting dalam mengawasi penggunaan teknologi, terutama di kalangan anak-anak dan remaja, agar mereka tidak terjerumus dalam konten negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Komunitas digital Islami juga dapat dibangun untuk memberikan edukasi dan berbagi informasi yang bermanfaat, serta menjaga nilai-nilai Islam dalam dunia maya.
Upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat akan sangat menentukan seberapa baik masyarakat Muslim dapat memanfaatkan teknologi informasi tanpa mengabaikan nilai-nilai spiritual yang telah diajarkan dalam agama. Implementasi strategi ini memerlukan pendekatan yang komprehensif, melibatkan berbagai aspek, baik teologis, etis, sosial, maupun praktis. Dengan kesadaran dan upaya bersama, tantangan dalam penggunaan teknologi informasi dapat diatasi dengan baik, sehingga teknologi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kemaslahatan umat Islam.
Dalam kesimpulannya, membangun budaya disiplin dalam penggunaan teknologi di masyarakat Muslim merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Teknologi tidak hanya sekadar alat untuk kemajuan ekonomi dan sosial, tetapi juga bisa menjadi sarana yang sangat bermanfaat dalam memperkuat dakwah Islam, memperluas akses ilmu pengetahuan, serta meningkatkan interaksi antar sesama umat Muslim. Oleh karena itu, penting untuk terus memperkuat pendidikan literasi digital berbasis nilai-nilai Islam, melakukan pengawasan yang bijak, dan membangun komunitas digital Islami yang mendukung penggunaan teknologi secara positif dan produktif.