Oleh: Zahra Meidinah Tahsya/Mahasiswa T.I Politeknik Harapan Bersama Tegal
Dalam era digital ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Meski membawa banyak manfaat, penggunaannya juga menuntut tanggung jawab, terutama dari perspektif etika Islam. Bagaimana seharusnya umat Islam berinteraksi di dunia maya agar tetap sesuai dengan nilai-nilai keislaman?
Etika dalam Islam, yang sering disebut sebagai akhlak atau adab, memiliki peran penting dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam penggunaan media sosial. Akhlak yang baik tidak hanya melibatkan hubungan antar sesama manusia di dunia nyata tetapi juga di dunia maya. Islam mengajarkan pentingnya menjaga tutur kata, menghormati orang lain, dan menggunakan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat.
Dalam Al-Quran dan Sunnah, terdapat banyak pedoman yang menjelaskan bagaimana seharusnya seorang Muslim berkomunikasi. Komunikasi yang baik haruslah bertujuan memberikan manfaat, menumbuhkan rasa persaudaraan, dan menghindari hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, etika komunikasi Islam di media sosial adalah tata cara bersikap yang baik sesuai dengan ajaran Islam dalam bermedia sosial.
Salah satu aspek penting dalam etika komunikasi Islam adalah menjaga lisan atau ucapan. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata baik atau diam. Prinsip ini juga berlaku di media sosial, di mana setiap tulisan atau komentar yang kita buat harus dipertimbangkan dengan baik agar tidak menyakiti perasaan orang lain atau menimbulkan fitnah.
Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya tabayyun atau klarifikasi sebelum menyebarkan informasi. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 6, Allah SWT berfirman agar kita memeriksa kebenaran suatu berita sebelum menyebarkannya, terutama jika berasal dari orang yang fasik. Hal ini untuk menghindari penyebaran berita bohong yang dapat merugikan banyak pihak.
Tidak kalah penting adalah menjaga privasi dan tidak melakukan ghibah (menggunjing) atau fitnah. Media sosial sering kali menjadi tempat bagi orang untuk membicarakan keburukan orang lain. Padahal, dalam Islam, ghibah dan fitnah adalah dosa besar yang harus dihindari.
Untuk menciptakan lingkungan media sosial yang positif, umat Islam perlu menerapkan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan rasa tanggung jawab. Media sosial seharusnya menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan, ilmu pengetahuan, dan dakwah, bukan tempat untuk menebar kebencian atau permusuhan.
Dalam menghadapi tantangan di dunia maya, umat Islam harus mampu menjadi pengguna media sosial yang bijak dan bertanggung jawab. Dengan menanamkan etika Islam dalam setiap aktivitas di media sosial, kita dapat menciptakan ruang digital yang lebih harmonis, mendukung kemajuan bersama, dan tetap berpegang pada nilai-nilai moral dan agama.
Referensi:
- Saniah, Nurul, dan Muhammad Farhan. “Etika Komunikasi Islam Dalam Pemanfaatan Media Sosial.” ISME: Journal of Islamic Studies and Multidisciplinary Research 1.2 (2023): 41-49.
- Novita, Renny, Muannif Ridwan, dan Ade Suria Putra. “Pandangan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Media Sosial di Era Modern: (Akhlak dalam Bermedia Sosial).” Jurnal Indragiri Penelitian Multidisiplin 2.2 (2022): 84-90.
- Nazaruddin, Nazaruddin, dan Muhammad Alfiansyah. “Etika Komunikasi Islami Di Media Sosial Dalam Perspektif Alquran Dan Pengaruhnya Terhadap Keutuhan Negara.” Jurnal Peurawi: Media Kajian Komunikasi Islam 4.1 (2021): 77-91.