Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, M.Pd/ Penulis Buku Merawat Nalar Salim
Iftitahan
Dalam perjalanan sejarah manusia, peradaban bukan sekadar kumpulan bangunan megah atau keberhasilan ekonomi semata, melainkan suatu pola kehidupan yang dibangun atas dasar pemikiran dan ilmu pengetahuan. Peradaban Islam, sebagai salah satu peradaban besar dunia, telah membuktikan hal ini. Namun, untuk mengembalikan kejayaan tersebut, umat Islam perlu menyadari bahwa pembangunan ilmu pengetahuan adalah fondasi utama yang tidak boleh diabaikan.
Ilmu Pengetahuan sebagai Dasar Peradaban. Peradaban Islam di masa keemasannya berdiri kokoh karena pandangan hidup Islam yang mendalam, menghasilkan ilmu pengetahuan yang menyeluruh dan bermanfaat bagi kehidupan. Pemikiran para ulama seperti Imam Syafi’i, Ibn Khaldun, dan Imam al-Ghazali menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga mengarahkan respons umat terhadap tantangan zaman. Dalam konteks ini, ilmu menjadi landasan untuk membangun masyarakat yang tidak hanya maju secara materi, tetapi juga kokoh secara moral dan spiritual.
Sebaliknya, ketika ilmu pengetahuan kehilangan prioritasnya, peradaban Islam mengalami kemunduran. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan bukan sekadar pelengkap, melainkan inti dari peradaban yang berfungsi untuk memandu langkah masyarakat dalam menghadapi dinamika dunia.
Ilmu atau Ekonomi: Mana yang Lebih Penting?. Ada pandangan umum yang mengutamakan pembangunan ekonomi dibandingkan ilmu. Memang benar, ekonomi berperan penting dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Namun, ekonomi hanya menciptakan “setting kehidupan,” sementara ilmu pengetahuan menentukan arah dan nilai dalam kehidupan tersebut.
Tanpa ilmu pengetahuan yang mendasari, ekonomi akan kehilangan kompasnya, menjadi sekadar alat akumulasi kekayaan tanpa tujuan yang jelas. Sebaliknya, ilmu pengetahuan mampu mengarahkan pembangunan ekonomi agar menjadi instrumen kesejahteraan yang merata dan bermartabat. Oleh karena itu, ilmu harus menjadi prioritas utama sebelum ekonomi, karena ilmu-lah yang mengajarkan manusia bagaimana memanfaatkan materi secara bijaksana.
Peran Intelektual dalam Perubahan Masyarakat. Lebih dari sekadar ilmu pengetahuan, intelektual memegang peran kunci dalam perubahan masyarakat. Dalam sejarah, baik di Barat maupun dunia Islam, para pemikir menjadi motor penggerak transformasi sosial. Di Barat, tokoh-tokoh seperti Descartes, Karl Marx, hingga Adam Smith memengaruhi jalannya sejarah modern. Di dunia Islam, ulama besar menciptakan kerangka pemikiran yang menjadi pedoman umat hingga kini.
Namun, intelektual tidak hanya bertugas sebagai penghasil ide. Mereka memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan ide tersebut bermanfaat bagi umat manusia. Dalam konteks ini, membangun peradaban Islam berarti mencetak intelektual yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakar pada nilai-nilai Islam yang universal.
Menjadikan Ilmu sebagai Prioritas Gerakan Islam. Untuk membangun kembali peradaban Islam, umat Islam harus menjadikan pembangunan ilmu pengetahuan sebagai prioritas utama. Ini tidak berarti mengabaikan sektor lain seperti ekonomi atau teknologi, tetapi menempatkan ilmu sebagai inti dari segala upaya pembangunan.
Gerakan Islam harus mendorong kajian mendalam terhadap pandangan hidup Islam, menciptakan sistem pendidikan yang mengintegrasikan tradisi keilmuan klasik dengan kebutuhan modern, dan melahirkan intelektual yang mampu menjawab tantangan zaman. Dengan cara ini, ilmu pengetahuan Islam akan kembali menjadi cahaya yang menerangi jalan umat menuju kejayaan.
Ikhtitam
Kebutuhan utama umat Islam saat ini bukan sekadar kemajuan ekonomi atau teknologi, melainkan kebangkitan ilmu pengetahuan yang dilandasi nilai-nilai Islam. Dengan membangun ilmu, kita tidak hanya memperbaiki kehidupan duniawi, tetapi juga menyiapkan jalan menuju kehidupan yang lebih bermakna dan penuh berkah. Peradaban Islam adalah peradaban ilmu, dan hanya dengan ilmu, kita dapat kembali membangunnya