4 Kompetensi Dasar Kader Muhammdiyah[1]
Muhammadiyah menekankan pentingnya memiliki kader yang unggul dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki adalah kompetensi keberagamaan. Kader Muhammadiyah harus menjaga kemurnian aqidah dengan tetap berpegang teguh pada tauhid. Selain itu, ketekunan dalam beribadah juga menjadi ciri khas seorang kader, diiringi dengan keikhlasan dalam setiap amal yang dilakukan. Sifat shidiq (jujur) dan amanah (dapat dipercaya) harus tertanam dalam diri setiap kader, karena kejujuran dan tanggung jawab adalah prinsip dasar dalam Islam. Lebih dari itu, seorang kader harus memiliki jiwa gerakan, yaitu semangat untuk terus berjuang dalam menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
Selain aspek keberagamaan, kompetensi akademis dan intelektual juga menjadi pilar penting dalam membentuk kader yang berdaya saing. Seorang kader harus memiliki kecerdasan (fathonah) dalam berpikir dan bertindak, serta semangat tajdid atau pembaruan yang menjadi ciri khas Muhammadiyah. Konsistensi atau istiqamah dalam menuntut ilmu harus selalu dijaga, sehingga kader terus berkembang dan memberikan manfaat bagi umat. Etos belajar yang tinggi menjadi modal utama dalam menghadapi tantangan zaman, dengan tetap menjaga sikap moderat atau tanmiyatul washatiyah dalam melihat perbedaan dan perubahan. Hal ini penting agar kader tidak mudah terjebak dalam pemikiran ekstrem, melainkan mampu menjadi jembatan yang membawa keseimbangan dalam kehidupan sosial dan intelektual.
Kompetensi sosial kemanusiaan dan kepeloporan juga merupakan aspek penting dalam membentuk kader Muhammadiyah yang ideal. Kesalehan sosial bukan hanya tentang menjalankan ibadah secara individu, tetapi juga tentang kepedulian terhadap sesama. Seorang kader harus memiliki kepekaan sosial, suka beramal, dan menjadi teladan bagi lingkungannya. Sikap tabligh atau menyampaikan kebaikan kepada orang lain juga menjadi bagian dari peran kader dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Keteladanan dalam sikap dan perbuatan akan menjadi inspirasi bagi orang lain untuk ikut serta dalam gerakan kebaikan. Dengan demikian, kader Muhammadiyah tidak hanya menjadi individu yang baik, tetapi juga agen perubahan di masyarakat.
Terakhir, kompetensi keorganisasian dan kepemimpinan menjadi pilar yang tidak kalah penting. Seorang kader harus aktif dalam kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Keikhlasan, dedikasi, dan prestasi harus menjadi karakter utama dalam menjalankan misi organisasi. Denyut kehidupan persyarikatan harus terus dijaga, karena Muhammadiyah adalah gerakan yang tidak hanya berfokus pada individu, tetapi juga memiliki tanggung jawab terhadap umat. Komitmen terhadap ideologi Muhammadiyah harus tetap kuat, dengan sikap yang tegas namun arif dalam membela kepentingan persyarikatan. Kader harus selalu mengutamakan kepentingan Muhammadiyah sebagai bagian dari upaya mewujudkan cita-cita besar dalam membangun peradaban yang lebih baik.
(disadur oleh Alvin Qodri Lazuardy, Ka. SMP AT-TIN UMP)
[1] Disampaikan oleh Fathin Hammam, M.Pd dalam Agenda Baitul Arqam AUM PCM Margasari Kab. Tegal